Selamat pagi, kamu!
Sesekali kuteguk isi cangkir mungil ini. Peppemint tea, kesukaanmu. Kesukaan kita, lebih tepatnya.
Menurutku, rasanya sudah pas. Tapi entah kenapa aku merasa masih ada yang kurang.
Oh iya, kehadiranmu.
Ada yang berbeda ketika aku memulai hidup di belahan bumi yang kini berbeda denganmu. Tak ada kamu. Jangankan secara fisik dan nyata, berkomunikasi denganku lewat media dan dunia maya saja sudah bukan rutinitasmu lagi.
Aku rindu.
Bukan, sayang. Bukan macam rindu seperti yang dirasakan oleh mereka yang sedang dalam masa-masa cinta monyet. Ini rindu yang mendalam. Seperti seluruh diriku merindukanmu. Segala yang ada di diriku merindukan kehadiranmu.
Mataku rindu melihat sosokmu yang sering tiba-tiba berada di depan rumahku, mengejutkanku, hanya untuk sekedar mengobrol santai di tenangnya malam. Hidungku rindu mencium aroma parfum khas dirimu. Telingaku rindu mendengar suaramu, bisikanmu, menenangkan. Bibirku rindu mengucap ‘Aku sayang kamu’, dan tersenyum senang ketika kamu membalas ucapanku. Bahkan kedua bahuku rindu rangkul dan pelukanmu. Menghangatkan..
Mungkin kita memang begini. Berada dalam kondisi hati yang tak menentu. Tak tahu harus kemana. Mengalir seperti ini sajakah? Atau aku harus kembali mendaki masa lalu dan menemukanmu kembali?
Ah sudahlah, sayang. Teh inipun sudah selesai kunikmati. Aku mau melanjutkan aktivitasku. Membantuku melupakan sejenak tentang segala hal tentangmu. Yah meskipun saat sedang istirahat, tetap saja misi itu gagal.
Tetap semangat ya, kamu! Kita pasti bertemu lagi suatu saat. Dalam kondisi dan suasana hati yang semakin membaik. Dan dalam karir kita masing-masing yang kelak akan menuju sukses.
Salam rindu,
Masa lalumu.